Senin, 15 Januari 2018

Puncak Natas Angin

Puncak Natas angin merupakan salah satu puncak digunung muria,proses pencapaian pendakian dilakukan melalui desa rah tawu kudus,terdapat gapura punden Abiyoso,perjalanan dari kota kudus kurang lebih 20 km,untuk menuju desa Rahtawu  disarankan untuk mengunakan kendaraan pribadi atau motor,mengingat jalan masih tergolong sempit,karena saat Ki Rekso Jiwo kemarin memasuki desa Rahtawu,kebetulan ada hajatan dan jalan utama banyak warga yang sedang duduk asyik menikmati acara campursari,sejenak Ki Rekso Jiwo menghentikan sepeda Motor karena sungkan dan hendak mencari jalur lain,namun ada pemuda yang mengatakan langsung saja,karena jalan utama hanya ini,dengan pelan pelan dan kondisi jalan merupakan tanjakan,sungkan tidak sungkan harus dilewati,sehingga pelan pelan motorpun melaju melewati kumpulan warga yang menyaksikan hiburan campur sari dihajatan nikahan

setelah melaju dengan sepeda motor,terlihat gapura punden Abiyoso disebelah kiri atas,namun kondisi sepi senyap,mengingat kondisi malam dan malam sabtu atau bukan hari libur,sehingga tak ada pendaki yang datang dan tak ada warung yang buka,disebelah kiri gapura terdapat rumah warga,dan sebisa mungkin didatangi untuk menitipkan sepeda motor,alhamdulillah,saat sampai didepan rumah,pintu langsung dibukakan dan langsung bisa persiapan nanjak

Perjalanan malam ditemani binatang binatang malam,kelabang hutan,jangkrik,lintah dan sebagainya,sungguh pengalaman yang sangat menegangkan digunung satu ini,walaupun tidak tinggi seperti gunung gunung yang pernah didaki

Sampai banyak darah yang keluar karena dihisap lintah,mengingat jalur yang dilewati terdapat beberapa sungai dan air terjun yang terlihat jelas saat siang hari,sehingga sangat wajar jika banyak terdapat lintah

Tak cukup dengan binatang lain yang disebutkan tadi,masih banyak binatang buas malam yang menemani perjalanan malam kali ini,ular bandotan sawah dan ular weling pun menghalangi jalan alias didepan merayap melintang,mungkin sebagai pengingat agar mengurungkan niat untuk mendaki,namun Ki Rekso Jiwo memang tidak berniat macam macam,hanya bertadabur alam mengingat kebesaran Tuhan melalui ciptaanNya,sehingga perjalanan tetap dilanjutkan

uniknya lagi dipendakian Abiyoso atau natas angin tidak ada Pos 1,langsung pos 2 saat perjalanan mendaki

Pos 3 terdapat warung yang kebetulan tutup,namun bisa digunakan untuk istirahat,dikarenakan telah dibuatkan bangku dari bambu,sehingga istirahat dapat dilakukan dengan nyaman,sekaligus dapat melihat suasana kota kudus dimalam hari disini
Pos 4 merupakan pertigaan yang terdapat sumber air yang mengalir,ke arah kiri terdapat sendang suci,dan arah kanan menuju puncak Abiyoso

Puncak abiyoso ditandai dengan gapura yang bertuliskan jawa,pada saat itu kabut lumayan pekat hingga sulit digunakan untuk berfoto,dari pos 4 hingga ke puncak Abiyoso

dalam keadaan gelap oleh kabut dan kebetulan tak ada warung yang dibuka,Ki Rekso jiwo memutuskan u ntuk kePunden eyang Putri Sakembaran,bermeditasi dan beristirahat untuk menunggu cuaca membaik
namun hingga siang cuaca tak membaik,bahkan sempat hujan deras,saat hujan tak lagi turun,perjalanan dimulai kembali kenatas angin

Perjalanan menuju Puncak natas angin melewati petilasan ir sukarno cuaca dipenuhi kabut tebal

perjalanan sampai pada jalur naga,dimana kiri kanan adalah jurang,angin kencang slalu mewarnai,bahkan tanah terasa bergetar saat angin kencang berhembus

karena keadaan yang semakin menghawatirkan,seragam pendekar pun dipakai untuk bersiap menghadapi keadaan,dimana angin,kabut serta medan yang berat,yang memiliki kemiringan 70 derajat,sehingga perlu merangkak mendaki
Perjalanan berat yang akhirnya membawa kepuncak natas angin yang seakan merupakan sarangnya angin,bersama Adila pimpi banesia anak Ki Rekso jiwo,akhirnya puncak Natas angin dapat ditaklukan sementara waktu

Selanjutnya kembali dengan melewati puncak yang tak bernama,melalui jalur bebek yang lebih terasa berat,mengingat jalur tersebut merupakan jalur yang didominasi tanah merah yang licin,turunan tajam,yang untungnya telah disediakan tali untuk melewati jalur curam yang lumayan panjang

Bahkan harus merangkak menerobos pohon tumbang untuk melintasi jalur pulang

Digunung i ni banyak terdapat petilasan petilasan atau punden yang biasanya malam satu suro ramai digunakan untuk ritual tertentu
dan saat Perjalanan pulang bisa dinikmati suasana yang lebih indah,mengingat air terjun dapat terlihat dari kejauhan,bukit bukit yang indah sangat bisa dinikmati walaupun masih diwarnai kabut tipis

Perjalanan turun kembali dilakukan hingga basecamp dan selanjutnya menempuh perjalanan kembali pulang kearah solo kembali,sampai bertemu dipetualangan gunung dipuncak puncak yang lain
rahayu
whatshap 089666616661 Ki rekso jiwo,siapa tahu bertemu dipetualangan berikutnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar