Senin, 26 Juni 2017

Ki Ageng Giring III dan Ki Ageng Pemanahan

Ki Ageng Giring III dimakamkan didesa Sodo paliyan,gunung kidul.keberadaannya berhubungan erat dengan sejarah mataram islam yang menjadi cerita tutur tinular atau dari ucapan yang menyebar,dikisahkan bahwa Ki Ageng Giring III merupakan keturunan raja majapahit dari Prabu Brawijaya IV dan Ki Ageng Pemanahan,adiknya merupakan keturunan dari Prabu Brawijaya V ,karena runtuhnya majapahit,akhirnya anak keturunannya tercerai berai mengungsi hingga dikemudian hari berdirinya kraton pajang,mereka mengabdikan diri pada Sultan Hadiwijaya serta berguru pada kanjeng susuhunan Kalijaga

Hingga pada masa dimana wahyu keprabon oncat dari kraton pajang,Kemudian, Ki Ageng Giring III atau yang memiliki nama kecil Raden Mas Kertanadi mendapat bisikan perintah dari Susuhunan Kalijaga, disuruh  untuk mencari wahyu keprabon, pergilah Ia bersama Ki Ageng Pemanahan atau yang sewaktu masih kecil dipanggil Ki Bagus Kacung ini. Ditunjuk oleh Sunan keduannya untuk pergi ke wilayah selatan yang sekarang dikenal dengan sebutan Gunungkidul.
Ki Ageng Giring III menempati wilayah desa Sodo Paliyan, sedangkan Ki Ageng Pemanahan di desa Kembang lampir Panggang. Selama bertahun-tahun, ia bercocok tanam dan menyebarkan Agama Islam. Suatu saat ada perintah berupa bisikan suara lagi untuk menanam sepet kering (sabut kelapa) oleh Sunan kalijaga, kemudian ditanamlah sebuah sabut kelapa, lalu lambat laun tumbuh atau trubus tunas kelapa yang kemudian menjadi pohon kelapa.“Kemudian Berbuahlah pohon kelapa tersebut. Hanya Terdapat satu buah degan atau kelapa muda yang hijau dengan sebutan gagak emprit,” Sementara itu juga, Ki Ageng Pemanahan sedang bertapa atau semedi di Kembanglampir. Semedi ini juga bertujuan untuk mengetahui dan mendapat petunjuk keberadaan wahyu keraton. Pertanda wahyu keraton mulai ada,dengan munculnya bunga pada batang pohon mati kering.
Ki Ageng Giring III mendapat bisikan lagi yang berasal dari buah kelapa muda atau
 degan Gagak Emprit. Isi bisikan itu menyatakan bahwa siapa bisa meminum seketika sampai habis air kelapa muda Gagak Emprit maka keturunannya akan menjadi raja-raja di tanah Jawa.

Lantas buah tersebut dipetik lalu ditaruh di dapur,disebuah rak besar tempat menyimpan hasil tani atau ada juga untuk menyimpan peralatan dapur. Sebelum berangkat ke ladang, Ki Ageng Giring III berpesan kepada istrinya. “Nyi jangan ada yang meminum degan ini, ini sangat penting,”Ki Ageng Giring III berencana meminum degan tersebut saat pulang dari ladang, pada saat haus supaya terasa segar dan sekaligus agar dapat meminumnya sampai habis.
Sementara itu dalam semedinya, Ki Ageng Pemanahan juga mendapat wangsit bahwa wahyu keraton sudah diterima kakaknya Ki Ageng Giring III,setelah diberi gambaran bunga tumbuh dipohon kayu mati,selanjutnya ia jengkar atau menyelesaikan semedinya,kemudian bergegas menuju kediaman sahabat tuanya Ki Ageng Giring III di Sodo,untuk mengucapkan selamat dan ingin mengetahui Wahyu keraton tersebutSesampainya di rumah Sodo, Ki Ageng Pemanahan lantas menuju dapur karena haus dari perjalanan jauh,tahu bahwa di dapur ada sebuah degan di atas paga (tempat menaruh hasil tani), maka ia meminta ijin kepada Nyi Ageng Giring untuk meminumnya. “Mbakyu, Kang Mas dimana?, saya akan meminum air kelapa itu,” tanya Ki Ageng Pemanahan. “Jangan Dimas, nanti kakakmu marah,” jawab Nyi Ageng Giring.“Tidak apa-apa Mbakyu, kalau ada apa-apa saya yang bertanggung jawab", Ki Ageng Pemanahan memang sedikit memaksa, karena tahu bahwa wahyu kraton ada didegan tersebut,dari kesaktian dan ketajaman batin setelah bersemedi,sedang pada saat itu Ki Ageng Giring sedang jamas atau mandi di Kali Nyamat.
Begitu pula dengan Ki Ageng Giring III,melalui ketajaman batin,beliau pun merasa kecolongan, tahu dan sangat merasa kehilangan membuatnya menangis. Air mata yang menetes di bebatuan itu membuat batuan berlubang, retak atau pecah atau bahasa jawanya Gowang, sehingga di sungai tempat ia mandi hingga kini disebut Kali Gowang. Ini menjadi pengingat di mana saat Ki Ageng Giring III hatinya sedih, patah atau gowang. Lantas dikejarlah Ki Ageng Pemanahan oleh Ki Ageng Giring III, dengan maksud untuk meminta bagian keturunan dari wahyu keprabon kraton. Sembari berjalan dan terus mengejar, ia meminta kepada Ki Ageng Pemanahan, permintaan agar keturunannya dapat bergantian menjadi raja terus saja dilontarkan.
Gapura Kembang Lampir
Gapura kembang lampir
Pertanyaan demi pertanyaan mengenai keturunan ke berapa akan diberikan kepada keturunan Ki Ageng Giring III tak dijawab oleh Ki Ageng Pemanahan. Pengejaran atau perjalanan itu menuju ke arah barat. “keturunan ke-1 Dimas?,”,  “keturunan ke-2 Dimas?,”, “keturunan ke-3 Dimas?,” dan seterusnya tak dijawab. Setelah perjalanan sampai di Gunung Pasar wilayah Dlingo Bantul, keduanya berhenti,lalu Ki Ageng Pemanahan memberikan jawaban setelah pertanyaan sampai pada keturunan ke-7 dengan kelegaan.
“Mungkin sudah kodrat Tuhan Kang Mas, bahwa saya yang meminum air kelapa muda, yang kemudian akan menurunkan raja-raja, sedangkan Kangmaslah yang memetik dan menyimpannya atau yang mendapat wahyunya,” jawab Ki Ageng Pemanahan.setelah keturunan ke-7, wahyu akan diserahkan, atau keturunan sebagai raja agar berasal dari keturunan Ki Ageng Giring III. Setelah mendapat jawaban tersebut Ki Ageng Giring III puas hatinya lalu kembali pulang kerumah kediamannya, sedangkan Ki Ageng Pemanahan melanjutkan perjalanan ke Alas Mentaok, membabat alas atau membongkar hutan untuk dijadikan Kraton Mataram.
Pertapan Kembang lampir
Pertapan Kembang lampir
Di Gunung Pasar tersebut, masih ada hingga saat ini terdapat nisan atau kijing yang sesungguhnya bukan makam berjumlah tujuh,namun sebagai tetenger atau pertanda adanya perjanjian Ki Ageng Giring III dan Ki Ageng Pemanahan. Waktu berlanjut, Ki Ageng Pemanahan memiliki anak Panembahan Senopati sedangkan Ki Ageng Giring III punya anak Roro Lembayung.
Ki Ageng Pemanahan mendapat nasehat dari Ki Juru Mertani, bahwa walupun Ki Ageng Pemanahan dapat meminum degan sebagai wahyu Kraton, tetapi jika tidak bersatu dengan Ki Ageng Giring III tidak akan kuat memegang tampuk Kasultanan, maka Panembahan Senopati memperistri Kanjeng Roro Lembayung sehingga menurunkan Joko Umbaran atau Pangeran Purbaya di Wotgaleh, Berbah, Sleman.
Pangeran Purbaya atau julukannya Banteng Mataram itulah cucu dari Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Giring III, setelah itu menurunkan Sultan Agung Amangkurat dan akhirnya Pakubuwono di Surakarta Hadiningrat dan Hamengkubuwono di Yogyakarta. Sebenarnya hanya satu, yaitu Mataram di Surakarta tetapi karena olah licik Belanda dipecah menjadi dua pada perjanjian Giyanti, sehingga menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.
Berdasarkan perjanjian ini, wilayah Mataram dibagi dua; wilayah di sebelah timur Kali Opak (melintasi daerah Prambanan sekarang) dikuasai oleh pewaris tahta Mataram (yaitu Sunan Pakubuwana III) dan tetap berkedudukan di Surakarta, sementara wilayah di sebelah barat (daerah Mataram yang asli) diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi sekaligus ia diangkat menjadi Sultan Hamengkubuwana I yang berkedudukan di Yogyakarta.
Sedangkan sejarah Desa Sodo berawal dengan ditemukannya makam Ki Ageng Giring III. Masyarakat setempat melakukan babat alas atau membuat jalan menuju makam, sehingga hingga saat ini ada tradisi babat dalan di wilayah Sodo, sedangkan nama Desa Sodo sendiri bermula dari kata Usodo atau berarti upaya berobat.
Setiap orang yang datang ke makam berdoa dan memohon kepada yang kuasa meminta obat, apakah ingin mendapat obat hati berupa ketentraman, dan lainnya. Perkembangannya, banyak yang datang berziarah atau untuk berdoa mendapat kemudahan dalam hal pekerjaan, pangkat atau karir, dan usaha bisnis serta yang lainnya. Biasanya makam Ki Ageng Giring III ramai pada malam Jum’at Kliwon, Selasa Kliwon dan Jum’at Legi.

whatshap Ki Rekso jiwo 089666616661

Sabtu, 24 Juni 2017

Makam Ki Ageng Sutowijoyo

Makam ki ageng sutowijoyo,berada didesa majasto kecamatan tawang sari kabupaten sukoharjo,dari arah kota sukoharjo kurang lebih 8KM kearah barat daya,menyebrangi jembatan Mbanmati keselatan,setelah menemukan pertigaan kebarat mengikuti jalur utama hingga menthok,makam yang terletak diatas bukit dan menurut cerita,kedalaman makam hanya setengah meter,namun tidak menimbulkan bau,sehingga tempat tersebut dinamakan Bumi Arum

Berdasarkan kisah legenda,babad,sejarah yang dituliskan pada serat centini,beliau merupakan keturunan majapahit dari Prabu Brawijaya V yang ke -107,pada masa runtuhnya kerajaan majapahit,anak keturunan majapahit tercerai berai hingga untuk menyembunyikan identitasnya,maka beliau memakai nama JOKO BODHO,saat bertemu dengan SUNAN KALIJAGA sejenak berguru kepadanya dan dikarena keadaan yang tidak memungkinkan sehingga,KI JOKO BODHO melanjutkan belajar agama islam ke pada SUNAN TEMBAYAT atau Ki Ageng Pandanaran
setelah menjadi musyafir melewati bukit Beluk,gunung Pegat dan dibukit TARUWONGSO mendapatkan wisik ghaib atau wahyu asmo atau nama pemberian gaib dengan nama KI AGENG SUTOWIJOYO

Ki Rekso jiwo sering kali melewati daerah ini saat nyekar dimakam eyang didaerah krajan tawang sari,namun pada kesempatan kali ini digunakan untuk mampir menziarahi makam salah satu waliullah yang menyebarkan agama islam didaerah sukoharjo ini yang merupakan ulama yang sakti mandraguna dan merupakan salah satu guru dari JOKO TINGKIR yang kemudian hari menjadi raja Kraton Pajang yang bergelar Sultan Hadiwijoyo

Perjalanan mendaki melalui anak anak tangga yang agak tinggi,namun tidak akan menimbulkan kecapekan,dari pintu gerbang gapura,selanjutnya akan bertemu musola yang biasa digunakan para berziarah bersembahyang maupun menginap jika menghendaki menginap disana,dan letak makam Ki Ageng Sutowijoyo berada disamping belakang musola,memang suasana tergolong sepi sehingga dapat berziarah,mendoakan arwah arwah yang bersemayam disana dapat lebih khusuk.

whatshap Ki Rekso Jiwo 089666616661

Jumat, 23 Juni 2017

Punden tambakboyo

Punden tambakboyo dikecamatan tawangsari,letaknya disebelah balai desa tambakboyo,merupakan salah satu punden yang dilestarikan warga hingga pemerintah,mengingat didalamnya terdapat batu andesit berbentuk seperti umpak atau batu penyangga tiang bangunan
Dahulu kala diceritakan bahwa awalnya berada dipinggir sungai bengawan,namun karena kerap kali mengganggu masyarakat yang hendak mandi atau mengambil air dibengawan solo,akhirnya disepakati bersama untuk dipindahkan ketempat yang lebih aman dan tinggi,namun pada saat diadakan kerja bakti yang dihadiri ratusan warga,tak ada yang bisa mengangkat atau menggeser batu tersebut
oleh karena kejadian yang tidak dapat dinalar tersebut,akhirnya sesepuh desa turun tangan dengan berdoa secara khushuk disana untuk memperoleh petunjuk,dan akhirnya ada tiga hal atau syarat yang harus dipenuhi untuk memindahkan batu tersebut
yang pertama adalah waktu yang digunakan untuk memindah adalah jumat kliwon,kedua harus diiringi tabuhan gamelan dan diselenggarakan tayuban oleh wanita cantik yang bernama nyai Sandung
sosok gaib yang memberitahukan syarat tersebut adalah kyai guno wijoyo.sosok orang tua yang kurus tinggi besar berpenampilan ala empu atau pendeta hindu,saat Ki Rekso Jiwo bermeditasi disana
oleh karena itulah para warga mencari informasi dimana Nyai Sandung berada dan hendak menanggapnya atau diserahi tugas untuk menghibur masyarakat dan guna keperluan mengangkat umpak batu tersebut

Acara bersih desa dilaksanakan tiap tahun pada hari jumat kliwon pada bulan antara agustus dan sebtember
menurut pendapat Ki Rekso Jiwo,batu umpak tersebut adalah yoni atau lingga yoni jika komplit,merupakan batu sembahyang umat hindu jaman dahulu yang memuja dewa siwa,dimana banyak sekali disekitar sukoharjo ditemukan lingga yoni dipinggir sungai,karena menurut keyakinan hindu,dewi gangga atau sumber air sungai gangga bersemayam dirambut dewa siwa,sehingga wajar jika penganut aliran siwa menempatkannya didekat sungai,terlepas kepercayaan masyarakat yang berbeda namun sungguh sangat penting sekali untuk diuri uri,tak hanya sebagai daerah pelestari tradisi dan budaya yang mana jika tidak dijaga dan dipertahankan akan tergerus oleh budaya manca

mengingat ada keyakinan beberapa orang yang meyakini pula jika daerah sukoharjo merupakan kerajaan malwopati yang rajanya angling darmo,mungkin ini salah satu peninggalan peninggalan diera setelah kraton walwopati ditinggalkan mengembara oleh Angling darmo
Mengingat pula banyak diceritakan jika wilayah sukoharjo kaya akan peninggalan hindu namun banyak yang tidak terlacak,karena belum banyaknya kesadaran akan pentingnya aset purba kala yang menjadi pengetahuan penting oleh anak cucu nanti

Terlepas dari itu semua,energi yang tersimpan dibatu tersebut memang luar biasa,dan dapat dilihat dari lemah punthuk atau tanah yang mengunduk diatas batu tersebut,menambah kesakralan dan kemistisan punden tersebut
whatshap Ki Rekso Jiwo 089666616661

Sabtu, 29 April 2017

Pertapan Srigati alas ketonggo

Pertapan srigati alas ketonggo berada didaerah paron ngawi jawa timur,tepatnya desa babatan,kali ini Ki Rekso jiwo mengunjungi alas ketonggo bersama keluarga,saat berbarengan dengan tugas pelayanan supranatural dikota ngawi jawa timur,bagi spiritualis tentunya tak asing lagi dengan alas ketonggo yang merupakan tempat penting dan berenergi sangat kuat.
Pertapan Srigati alas ketonggo

Pertapan panglereman disebut panglereman,mengingat tempat ini adalah pertapan yang merupakan petilasan petilasan tokoh tokoh spiritual dalam menentramkan fikiran dan hati guna memperoleh petunjuk Sang Maha Kuasa,sesuai dengan angan dan cita citanya
Pertapan Srigati alas ketonggo

Saat memasuki gapura pertapan panglereman alas ketonggo,akan terlihat Musola agung Srigati,kemudian petilasan sanggar pamujan Srigati,sanggar pamujan seperti halnya musola yang digunakan untuk beriktikhaf atau berdoa atau bertapa,dimana doa doa yang dipanjatkan tentunya pada Sang Yang Maha Kuasa
Alas ketonggo ngawi

Dibangunan ini merupakan petilasan eyang Srigati,seorang begawan india yang datang kepulau jawa menurunkan kerajaan kerajaan hindu ditanah jawa,petilasan syeh Dombo yang menyebarkan ajaran islam pertama diwilayah ngawi,dan pada saat akhir masa kerajaan majapahit,Gusti Brawijaya V melarikan diri hingga kesini dan melepaskan busana kerajaan dan bertapa disini sehingga memperoleh gelar sunan lawu,selanjutnya perjalanan dilanjutkan kepuncak wukir mahendra,oleh sebab itulah wukir Mahendra dinamakan menjadi Gunung Lawu

Setelah sejenak istirahat dipendapa dan permisi dengan mbah marji sang juru kunci,sebaiknya sebelum memulai sesuatu atau berdoa disini,sebaiknya mandi jamas ditempuran sungai atau disini dinamakan Tempuk sedalem,agar energi energi negatif dan penat perjalanan terluruhkan oleh segarnya air sungai Ketonggo
Kali tempuk sedalem ketonggo

Pertemuan dua aliran sungai secara alamiah mengandung energi yang luarbiasa untuk melarutkan energi negatif,tentunya dengan doa dan tatacara khusus yang harus diketahui atau perlu belajar dari sesepuh,spiritual atau juru kunci
Sebelum menuju arah tangga sungai,disebelah kiri terdapat petilasan sabdo palon atau penasehat raja majapahit dan petilasan pertapaan Bung Karno.
Setelah mandi bersih dan segar,bisa berdoa atau bermeditasi kemana saja diwilayah alas ketonggo ini sesuai dengan niatan hati,dan alangkah baiknya menginap untuk lebih fokus dalam beritual
whatshap Ki Rekso Jiwo 089666616661

Senin, 24 April 2017

Gemblengan Gunung lawu

Gemblengan gunung lawu bersama Ki Rekso Jiwo,tiga hari dua malam berada digunung lawu membawa suasana berbeda dalam melatih diri secara lahir batin karena sejatine ngelmu ketemune kanti laku yang artinya sejatinya ilmu spiritual ketemunya dengan proses laku

Tadabur alam menyambut malam Isro' mi'raj tanggal 22,23,24april 2017,dengan perjalanan naik gunung lawu dari basecamp cemoro sewu jawa timur menuju puncak hargodumilah yang mempunyai ketinggian 3.265mdpl dan turun melalui rute yang berbeda hingga dibasecamp cemoro kandang jawa tengah
dengan perjalanan spiritual tadabur ini sehingga semua peserta mampu melihat,merasakan,mengamati serta mampu memaknai hidup,karena sesungguhnya Tuhan menciptakan segala sesuatu tidak ada yang sia sia,sehingga keimanan diri semakin meningkat
gemblengan gunung lawu
Perjalanan mendaki gunung lawu dengan suasana gelap malam

Perjalanan spiritual gemblengan gunung lawu,mencari dan mengenal jati diri,dengan pembabaran hakekat sastra jendra hayuningrat pangruating diyu sehingga mampu memaknai hidup,mengenali hambatan diri,meningkatkan potensi diri,meraih keseimbangan hidup atau kebahagiaan lahir batin,serta membuka rahasia rahasia keilmuan Nusantara yang bisa digunakan dalam membantu diri,keluarga dan orang yang membutuhkan pertolongan.karena sejatinya ilmu tentunya bermanfaat dalam mengatasi atau kesiapan menghadapi kesulitan,sehingga kemudahan diperoleh
Gemblengan gunung lawu
selfie dan menikmati suasana gunung lawu

Pendakian dilakukan hanya empat orang yaitu Ki Rekso Jiwo,adila pimpi banesia,master spiritual instan healing muhammad alqohar gunung kidul dan master spiritualis sekaligus kadus/kepala dusun grojogan Srigethuk gunung kidul,sehingga gemblengan bukan hanya dari pemula namun hingga kelas master sebagai pemantapan ilmu yang dimiliki dan dikuasai agar lebih sempurna dalam pengabdian masyarakat
ritual diHargo dalem

Penyampaian pembelajaran disesuaikan dengan keadaan,bahkan hampir bisa dikatakan full materi,tanya jawab menambah keakraban dan keilmuan sehingga sekalipun dari pemahaman dasar mampu memahami ajaran ajaran kejawen,ilmu kuoso.,ilmu nyoto,ilmu roso yang diwedar selama 3hari
puncak mahendra hargo dumilah


Disamping sebagai sarana rekreasi petualangan gunung,juga mengenal memahami spiritual,sehingga benar benar lahir batin,jiwa raga dilatih disini dengan harapan semua menjadi jalan terbaik untuk memperoleh keseimbangan dan kesempurnaan ilmu dan hidup sehingga memperoleh kebahagiaan dan kesuksesan lahir batin,dunia akhirat

whatshap Ki Rekso Jiwo 089666616661

Selasa, 18 April 2017

Sri gethuk yang cantik dan mistis

Sri gethuk yang cantik dan mistis,terletak didusun mengoran,desa bleberan,kecamatan playen,kabupaten gunung kidul,jogjakarta.keindahan dan kecantikan yang luar biasa disuguhkan alam semesta pada wisatawan pengunjung air terjun sri gethuk yang memiliki 7 pancuran dari tiga sumber air Kedungpoh,Ngandong,ngumbul yang menjadi satu dikawasan ini
Sri gethuk yang cantik dan mistis

Ki Rekso Jiwo mengunjungi air terjun sigethuk dan gua Rancang Kencana,melalui sahabat spiritual sekaligus salah satu pengelola diair terjun srigethuk,melalui pengamatan batin memang dapat dirasakan energi yang luar biasa sebagai kraton jin onggo menduro yang berada diwilayah itu,baik air terjun maupun sepanjang aliran sungai

Nama penguasa jin Onggo Menduro banyak dituliskan sebagai Anggo meduro,namun melalui komunikasi batin,jin penguasa Air ini dari jenis jin onggo inggi atau jin yang memiliki rambut yang sangat panjang dan biasanya menghanyutkan manusia dengan menjerat kaki menggunakan rambut,oleh sebab itu dahulu dilarang berenang saat langit hitam,hujan,air banjir dan berwarna coklat
jenis jin air ini memiliki kesenangan akan pesta dengan musik musik gamelan dan menari,sedangkan nama sri gethuk diambil dari suara suara saat hujan dan banjir yang mana sering kali terdengar suara ketukan ketukan nada gamelan yang mengalun lirih dalam
Dan saat inilah gejolak alam meningkat dan energi jin menjadi sangat kuat sehingga terkadang terlihat peri peri pekayangan menari mengikuti alunan nada

Namun segala sesuatu tak akan membahayakan jika seseorang tidak sembrono,dan dengan peralatan yang aman serta  didampingi pemandu wisata yang handal,sehingga keamanan terjaga.
jika anda mengunjungi air terjun sri gethuk,lebih amannya setelah memasuki wilayah air terjun sri gethuk,dapat meminta praktisi spiritual dan pemandu wisata yang terpercaya disana.yaitu saudara Muhammad al qohar.
Gua Rancang Kencono

Setelah menikmati suasana air yang menyegarkan,selanjutnya menikmati suasana gua rancang kencana,Gua Purba yang dahulu digunakan sebagai tempat tinggal dan perjalanan waktu dipakai untuk bertapa setelah membersihkan diri di air terjun atau sungai sri gethuk,dan perjalanan waktu digunakan Ulama ulama kerajaan Mataram yang melarikan diri dari penumpasan ulama oleh karena kekejian raja Amangkurat I,Setelah terbunuhnya Pangeran Alit yang didukung setengah mataram dan 5 ribuan Ulama.
Amangkurat I adalah seorang raja yang mencoreng nama besar Ayah handanya Sultan Agung,Oleh Ulama/ Kyai Putut /kyai Pertapa tersebut Gua digunakan untuk bermunajad kepada Tuhan,dan dalam menyebarkan agama islam diwilayah ini,mengabadikan kisahnya secara tersirat tentang Kerajaan Pleret Slempret yang dihancurkan oleh Trunojoyo dari madura,sehingga nama jin onggo inggi penguasa di Air terjun Sri Kethuk bernama onggo Meduro/soko meduro atau dari madura.
dan memperkuat kisah tragedi amangkurat I dan II yang memperebutkan Rara Oyi yang akhirnya mati dibunuh,diabadikan dengan nama Sungai Oya dimana waktu waktu tertentu sering kali jin peri Pekayangan menampakan diri menari gemulai diiringi kethukan bunyi gamelan
Dan dari dua desa disekitar wilayah tersebut,semuanya berkeyakinan muslim

Dan Kesempatan kegua rancang kencana,Ki Rekso jiwo bersama mbah Harno ditemui sosok gaib ulama dan ular besar,semoga kisah ini dapat menambah informasi tentang obyek wisata digunung kidul ini,walaupun mungkin berbeda dengan mitos yang ada disekitar,mengingat demikianlah informasi batin yang diperoleh Ki Rekso jiwo setelah mengunjungi gua dengan memasuki ruangan yang cukup luas dan masuk lagi keruangan gua yang berpintu menyempit namun didalamnya lumayan besar
Dan energi didua tempat tersebut sangat kuat digunakan untuk mendongkrak ketenaran penyanyi,pemusik dengan mandi suci di air terjun dan bermeditasi digoa rancang kencono.atau yang menginginkan auranya keemasan
serta dapat ditemukan bongkahan batu batu akik dialiran sungai jika dilakukan pencarian dengan teliti
whatshap Ki Rekso Jiwo 089666616661

Kamis, 05 Januari 2017

Seminar Memberdayakan

Seminar Memberdayakan Create your life yang akan diadakan pada hari minggu,tanggal 22 januari 2017,jam 12-30 sampai 17-30 wib,dikampus STIENIBA,jalan Arten tol cibitung-Bekasi(samping laboratorium sucefindo)
bersama para trainer,terapis dan praktisi energi,solo,jakarta,bekasi,bandung
Seminar Memberdayakan

Merupakan Kolaborasi unik dan menarik dengan materi Hidup sehat-makmur dan bahagia.
~Self spiritual conversation method
~Aplikasi Force End Power
~Self Healing End Teraphy
~Cleansing Massal
~Selling Teraphy

Bersama trainer dan praktisi
 1.Mbah Ary Jabriex's Creator Dloongop ngaji diri solo
2.Nur Purwana Hidayat Founder Quantum wols Healing dari jakarta
3Fuad Hasan Ch M Fisiognomy Specialist and Professional Tarot Reader dari Bekasi
4 Dicky Zen Human Learning Specialist dari bandung
5 Raden Gundala seta,Japa Jawa Meditasi Hoong dari solo
6 Ki Rekso Jiwo solo,Praktisi Spiritual budaya Sembur Suwuk dari solo

Sebagian dana akan didonasikan ke yayasan Lentera solo,biaya seminar hanya 150 ribu rupiah saja,yang intinya adalah berbagi wawasan dan manfaat,

whatshap Ki Rekso Jiwo 089666616661