setelah melaju dengan sepeda motor,terlihat gapura punden Abiyoso disebelah kiri atas,namun kondisi sepi senyap,mengingat kondisi malam dan malam sabtu atau bukan hari libur,sehingga tak ada pendaki yang datang dan tak ada warung yang buka,disebelah kiri gapura terdapat rumah warga,dan sebisa mungkin didatangi untuk menitipkan sepeda motor,alhamdulillah,saat sampai didepan rumah,pintu langsung dibukakan dan langsung bisa persiapan nanjak
Perjalanan malam ditemani binatang binatang malam,kelabang hutan,jangkrik,lintah dan sebagainya,sungguh pengalaman yang sangat menegangkan digunung satu ini,walaupun tidak tinggi seperti gunung gunung yang pernah didaki
Sampai banyak darah yang keluar karena dihisap lintah,mengingat jalur yang dilewati terdapat beberapa sungai dan air terjun yang terlihat jelas saat siang hari,sehingga sangat wajar jika banyak terdapat lintah
Tak cukup dengan binatang lain yang disebutkan tadi,masih banyak binatang buas malam yang menemani perjalanan malam kali ini,ular bandotan sawah dan ular weling pun menghalangi jalan alias didepan merayap melintang,mungkin sebagai pengingat agar mengurungkan niat untuk mendaki,namun Ki Rekso Jiwo memang tidak berniat macam macam,hanya bertadabur alam mengingat kebesaran Tuhan melalui ciptaanNya,sehingga perjalanan tetap dilanjutkan
uniknya lagi dipendakian Abiyoso atau natas angin tidak ada Pos 1,langsung pos 2 saat perjalanan mendaki
Pos 3 terdapat warung yang kebetulan tutup,namun bisa digunakan untuk istirahat,dikarenakan telah dibuatkan bangku dari bambu,sehingga istirahat dapat dilakukan dengan nyaman,sekaligus dapat melihat suasana kota kudus dimalam hari disini
Pos 4 merupakan pertigaan yang terdapat sumber air yang mengalir,ke arah kiri terdapat sendang suci,dan arah kanan menuju puncak Abiyoso
Puncak abiyoso ditandai dengan gapura yang bertuliskan jawa,pada saat itu kabut lumayan pekat hingga sulit digunakan untuk berfoto,dari pos 4 hingga ke puncak Abiyoso
dalam keadaan gelap oleh kabut dan kebetulan tak ada warung yang dibuka,Ki Rekso jiwo memutuskan u ntuk kePunden eyang Putri Sakembaran,bermeditasi dan beristirahat untuk menunggu cuaca membaik
namun hingga siang cuaca tak membaik,bahkan sempat hujan deras,saat hujan tak lagi turun,perjalanan dimulai kembali kenatas angin
Perjalanan menuju Puncak natas angin melewati petilasan ir sukarno cuaca dipenuhi kabut tebal
perjalanan sampai pada jalur naga,dimana kiri kanan adalah jurang,angin kencang slalu mewarnai,bahkan tanah terasa bergetar saat angin kencang berhembus
karena keadaan yang semakin menghawatirkan,seragam pendekar pun dipakai untuk bersiap menghadapi keadaan,dimana angin,kabut serta medan yang berat,yang memiliki kemiringan 70 derajat,sehingga perlu merangkak mendaki
Perjalanan berat yang akhirnya membawa kepuncak natas angin yang seakan merupakan sarangnya angin,bersama Adila pimpi banesia anak Ki Rekso jiwo,akhirnya puncak Natas angin dapat ditaklukan sementara waktu
Selanjutnya kembali dengan melewati puncak yang tak bernama,melalui jalur bebek yang lebih terasa berat,mengingat jalur tersebut merupakan jalur yang didominasi tanah merah yang licin,turunan tajam,yang untungnya telah disediakan tali untuk melewati jalur curam yang lumayan panjang
Bahkan harus merangkak menerobos pohon tumbang untuk melintasi jalur pulang
Digunung i ni banyak terdapat petilasan petilasan atau punden yang biasanya malam satu suro ramai digunakan untuk ritual tertentu
dan saat Perjalanan pulang bisa dinikmati suasana yang lebih indah,mengingat air terjun dapat terlihat dari kejauhan,bukit bukit yang indah sangat bisa dinikmati walaupun masih diwarnai kabut tipis
Perjalanan turun kembali dilakukan hingga basecamp dan selanjutnya menempuh perjalanan kembali pulang kearah solo kembali,sampai bertemu dipetualangan gunung dipuncak puncak yang lain
rahayu
whatshap 089666616661 Ki rekso jiwo,siapa tahu bertemu dipetualangan berikutnya