Kamis, 08 Desember 2016

Falsafah jawa atau kejawen

Falsafah jawa atau kejawen banyak dituangkan dalam bentuk sastra,yang sebenarnya sangat luas membahas hidup manusia dan memberikan pengertian yang mendalam,menurut Ki Rekso jiwo,orang jawa lebih cenderung bermain dirasa dan mana mengunakan rasa dalam mengajarkan pitutur pitutur atau ajaran ajaran budi pekerti,sehingga dapat tertanam dalam jiwa
Ajaran yang luar biasa bagi yang mau berfikir dan merenungi,seperti halnya ajaran yang tertuang dalam tembang mocopat yang memiliki empat belas jenis yang melambangkan welas asih atau cinta kasih Tuhan kepada hambanya dan welas asih pula yang menjadi dasar hidup manusia dalam berhubungan dengan diri,sesama mahluk,alam sekitar serta hubungan dengan Tuhan sang pencipta
Falsafah jawa
Falsafah jawa

Empat belas jenis tembang mocopat mengambarkan alam manusia dari lahir hingga kembali kepada Sang maha Pencipta
yang pertama adalah wirangrong atau rong wirang yang artinya lubang kemaluan atau dua kemaluan,dimana manusia tercipta dari dua kemaluan.
selayaknya menjadi dasar hidup,dimana manusia seharusnya memiliki rasa malu

kedua Mas kumambang atau emas yang mengambang,dimana menggambarkan jabang bayi yang masih mengambang didalam kandungan,dan dianggap sebagai harta yang berharga pasangan suami istri,sehingga diibaratkan emas

Kemudian Mijil yang artinya keluar,karena pada saat bayi normal berusia sembilan bulan sepuluh hari merupakan waktunya untuk mijil atau keluar atau terlahir didunia,mengenal dunia dan menjalani hidup serta bertahan hidup

Kemudian Kinanti atau mengandeng yang mana masa masa anak perlu gandengan orang tua,karena usia lahir hingga satu tahun berada dialam nadah,atau segala sesuatu akan dimasukkan mulut,sehingga harus disuapi dan dijaga agar tidak sembarangan memberi makan,kemudian usia setahun hingga sepuluh tahun adalah alam kum ratu ratu atau menganggap dirinya adalah raja,sehingga perlu diarahkan agar tidak semua yang diinginkan diperoleh,pengertian dan perhatian orang tua menjadi bekal ilmu agar bermanfaat dan berguna bagi diri maupun orang lain

Kemudian Sinom atau sih enom atau masih muda dimana ditandai anak perempuan usia 10 tahun biasanya mengalami menstruasi yang pertama,manusia yang masih muda berkembang mengenal hal hal baru ,pencarian jati diri sehingga wajar jika memiliki sifat sembrono,oleh sebab itulah peran orang tua dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang mental anak,usia belasan mulai mengenal welas asih atau asmara atau cinta monyet


Kemudian Asmaradhana merupakan fase dimana manusia memiliki kesadaran akan asmara cinta kasih dan berupaya untuk saling berbagi,berbagi asmara maupun apa yang dimiliki,karena cinta membutuhkan pengorbanan dan perjuangan dalam meraih serta menjaga agar tetap bersemi
oleh sebab itu masa ini adalah dimana manusia muda yang sudah bekerja dan mengenal asmara,antara usia 17 sampai 21 atau selikur yang artinya sejatine lingguh kursi atau sudah waktunya memperoleh pekerjaan yang mapan

Kemudian Gambuh adalah menyatu dalam kecocokan,dimana fase asmaradhana terjalin hubungan erat dan cocok satu sama lain sehingga menjalin ikatan pernikahan suci (gambuh) untuk tujuan suci menyatukan dua hati dua keluarga menjadi satu,biasanya usia 25 atau selawe yang artinya sejatine lanang wedok atau sejatinya laki laki dan perempuan

Kemudian Dhandang Gula disimbolkan dengan dandang atau tempat memasak yang berisi gula,dimana manisnya hidup hingga puncak keseksesan diraih bersama saat kedua insan menyatu dalam hubungan kasih suci,saling dukung dan membantu yang akhirnya meraih kenikmatan serta kesuksesan dunia

Kemudian Durma merupakan fase kesadaran manusia,dimana lebih banyak perenungan dan menderma baktikan apa yang dimiliki kepada orang lain,karena telah memiliki anak,sehingga harus mendidik dan mengarahkan anak,agar berguna bagi dirinya,keluarga,nusa dan bangsa

Kemudian Pangkur dimana jaman dahulu saat akan menikah ada ritual memangkur gigi,atau meratakan gigi,sehingga bisa dimaknai dengan gigi mulai tanggal atau copot,sehingga kenikmatan hidup mulai berkurang

Kemudian Megatruh dimana kondisi ini dewasa,sudah siap menerima kehendak tuhan untuk kembali kepadaNya,dimana megat berarti memutus ruh untuk menuju alam kelanggenggan atau keabadian dengan memperbanyak puasa,biasanya rambut mulai banyak yang rontok diusia 50 atau seket,kepanjangan dari seneng nganggo iket,suka menggunakan ikat kepala untuk menutupi rambut yang mulai banyak yang memutih dan rontok,bersiap menjadi orang tua atau senang memberi nasehat

kemudian Pocong atau buah pocong,picung,kluwek,kluwak atau kepayang,ada ungkapan mabuk kepayang,dimana menggambarkan puber kedua,setelah banyak orang mendekat bertanya tentang berbagai macam masalah kehidupan,godaan utamanya adalah asmara

kemudian Giriso yang artinya menakutkan,dimana bertambahnya usia semakin nampak menakutkan,muka penuh keriput,gigi tinggal beberapa dan terlihat memanjang

kemudian tembang mocopat duduk wuluh duduk adalah menggali tanah dan wuluh kepanjangan dari wusananing luh atau akhirnya menangis,dimana manusia harus kembali kengarsane gusti pengeran dan dimakamkan,sedangkan keluarga hanya bisa menangis dan menghantarkan sampai kepemakaman.
hanya melalui doa yang dapat terhubung kembali dengan rasa kerinduan

Demikian luhurnya ajaran nenek moyang kita dengan pitutur pitutur yang sangat mendalam jika dipelajari dan dicerna,melalui tembang tembang mocopat yang menyiratkan banyak pelajaran hidup,dengan memahaminya,maka akan mengetahui apa yang akan dihadapinya dengan kemudahan dan keselamatan
whatshap Ki Rekso Jiwo 0896 6661 6661

Tidak ada komentar:

Posting Komentar